Lebih dari enam dekade silam, kota Solo menjadi tempat berlangsungnya peristiwa bersejarah bagi olahraga Indonesia. Kini Kota Bengawan siap mengulang hal tersebut.
September 1948, kota Solo menjadi tuan rumah gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi pertama. Di balik gelaran olahraga itu, juga ada sebuah misi untuk menunjukkan bahwa Indonesia masih tetap eksis, masih tetap ada meski ketika itu masih terus berada di bawah ancaman Belanda.
Sabtu (8/1/2011) atau lebih dari enam dekade setelah PON I, sebuah sejarah dalam bidang olahraga siap kembali diukir dari kota Solo. Sore nanti Liga Primer Indonesia akan dimulai dan ditandai dengan laga antara tuan rumah Solo FC kontra Persema Malang.
“Laga besok merupakan era baru. Kompetisi baru dihadirkan untuk membenahi Indonesia. Ini momentum sepakbola Indonesia menuju pro,” kata CEO Solo FC Kesit B. Handoyo dalam jumpa pers jelang laga perdana LPI di Hotel Novotel, Solo, Jumat (7/1/2011) sore WIB.
Kesit mengatakan bahwa faktor sejarah menjadi salah satu pertimbangan pemilihan Solo sebagai tuan rumah laga perdana LPI, selain soal fasilitas dan juga publik di kota Bengawan ini.
“Di waktu lalu Solo pernah menjadi saksi sejarah PON I. Presidennya Soekarno juga tendang bola di sini (PON I). Kota ini memiliki history, kadang sesuatu yang lahir dari sini bisa menjadi besar. Mudah-mudahan dengan ridho yang di atas LPI bisa menjadi besar. Tujuan kita hanya agar bola Indonesia lebih baik, tidak ada yang lain,” kata dia.
Yang jelas laga antara Solo FC kontra Persema Malang esok bukan sekadar dari pertandingan sepakbola biasa. Ada sebuah sejarah, ada sebuah awal yang dimulai di sini.
“Pertandingan besok more than a game. Menandai era baru supaya sepakbola industri maju. Sudah sepantasnya klub sepakbola mendanai diri sendiri agar sepakbola Indonesia semakin maju,” tandas pelatih Persema Malang Timo Scheunemann.