Ditemukan Burung Bangau Raksasa Pemangsa Manusia di Flores

Bagikan ke teman :
...
Bisnis forex adalah salah satu bisnis online yang sangat diminati saat ini ditengah wabah pandemi yang tak kunjung usai. Justru pandemi saat ini bisa menjadi opportunity bagi kita untuk mendapatkan peluang meraih penghasilan tambahan. Segera BUKA AKUN kamu dan isi depositmu dan mulai Trading sekarang !!! Cara Buka Akun | Cara Deposit

Sketsa burung Bangau raksasa yang ditemukan fosilnya di Flores. Diduga Bangau ini memiliki tinggi 1,8 meter
Ditemukan unggas berupa burung Bangau raksasa setinggi 180 cm dan mampu memburu makan anak-anak manusia. Bukti itu berupa penemuan fosil burung bangau raksasa atau Marabu di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Selain fosil Bangau raksasa juga ditemukan fosil manusia berukuran kecil di Flores. Demikian dilaporkan para ahli riset fosil yang dirilis bbc (11/12). Namun demikian, tak ada bukti langsung bahwa Burung Bangau tersebut makan hobit atau manusia kecil, yang masih satu spesies dengan manusia modern.

Penemuan yang dilaporkan di Jurnal Margasatwa Masyarakat Linnean, juga menjelaskan bagaimana satwa liar praserajah beradaptasi dengan kehidupan di gugus kepulauan.

Spesies baru Bangau raksasa yang bernama Leptoptilos robustus ini tingginya 1,8 meter dengan berat sampai 16 kg menurut perkiraan para periset. Ini berarti burung itu lebih tinggi dan lebih berat dari spesies bangau yang ada sekarang.

Pakar ilmu fosil (palaentologi) Hanneke Meijer dari Museum Nasional Sejarah Alam di Washington DC, yang berafiliasi dengan Museum Nasional Sejarah Alam di Leiden, Belanda, membuat temuan ini bersama koleganya Dr Rokus Due dari Pusat Arkeologi Nasional di Jakarta.

Mereka menemukan serpihan empat tulang kaki yang telah menjadi fosil di gua Liang Bua di pulau Flores. Tulang-tulang yang diduga milik seekor marabu itu berusia antara 20.000 sampai 50.000 tahun, karena ditemukan di endapan yang berusia sekitar itu.

Bangau raksasa ini merupakan spesies terbaru berukuran ekstrem yang ditemukan di pulau yang juga pernah dihuni gajah kecil, tikus raksasa dan reptil besar.

"Saya melihat tulang-tulang marabu raksasa pertama kali di Jakarta, ketika tampak menjulang sendiri di antara tulang-tulang burung lain yang lebih kecil. Penemuan burung besar sudah lumrah di pulau-pulau, namun saya tidak menduga akan menemukan burung bangau raksasa," kara Dr Meijer.

Untuk sayap burung itu, hanya serpihan tulangnya yang ditemukan, tetapi para periset menduga bangau raksasa ini jarang terbang. Panjang dan beratnya tulang kaki itu, dan ketebalan tulang itu sendiri, menunjukkan marabu yang sekarang sudah punah itu sangat berat sehingga lebih banyak usianya dihabiskan di darat.

Banyak spesises di pulau Flores yang berubah menjadi raksasa atau menjadi kerdil.

Fenomena ini disebut "faktor pulau", dan diduga ini terjadi karena sedikit mamalia pemangsa yang ada di Flores. Ini membuat spesies burung besar menjadi kecil, dan pemangsa (predator) lain menjadi besar.

"Mamalia besar seperti gajah dan primata menunjukkan penyusutan ukuran, sedangkan mamalia kecil seperti tikus dan burung berubah menjadi besar," kata Dr Meijer menjelaskan. (*)

http://www.tribunnews.com/2010/12/11/ditemukan-burung-bangau-raksasa-pemangsa-manusia-di-flores

Pembaca kami juga menyukai