Menyambut tahun 2012, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap ancaman bencana yang masih mengintai. Karenanya, bangsa Indonesia sangat patut mempersiapkan mitigasi bencana secara benar dan baik.
"Pada 2012, setidaknya ada beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai," kata Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana kepada VIVAnews.com, Minggu 1 Januari 2012.
Menurut dia, ada sembilan fenomena alam yang penting dicermati dan diwaspadai. Pertama,ancaman dari gempa-tsunami Mentawai (Siberut) 8,9 skala Richter. Gempa ini dinilai dapat mengancam satu juta lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan, dan wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu, khususnya di sepanjang pesisir barat.
Kedua, adanya potensi gempa di Selat Sunda, Selatan Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar Lembang Jawa Barat dan Bali. Selain itu, potensi ancaman gempa di jalur patahan aktif besar seperti di Patahan Palukoro-Matano di Sulawesi, Patahan Sorong, dan Tarerua-Aiduna di Irian.
"Pada 2012, setidaknya ada beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai," kata Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana kepada VIVAnews.com, Minggu 1 Januari 2012.
Menurut dia, ada sembilan fenomena alam yang penting dicermati dan diwaspadai. Pertama,ancaman dari gempa-tsunami Mentawai (Siberut) 8,9 skala Richter. Gempa ini dinilai dapat mengancam satu juta lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan, dan wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu, khususnya di sepanjang pesisir barat.
Kedua, adanya potensi gempa di Selat Sunda, Selatan Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar Lembang Jawa Barat dan Bali. Selain itu, potensi ancaman gempa di jalur patahan aktif besar seperti di Patahan Palukoro-Matano di Sulawesi, Patahan Sorong, dan Tarerua-Aiduna di Irian.
Ketiga, aktivitas gunung-gunung berapi. Aktivitas ini dampak dari gempa Aceh 2004 dan Gempa Sendai, Jepang 2011. Setelah letusan besar Merapi 2010, sekarang dihadapkan dengan letusan khususnya Gunung Gamalama dan aktivitas Krakatau serta 23 gunung lain yang berstatus Waspada dan Siaga.
Keempat, adanya bahaya sekunder gunung api terutama di sekitar aliran sungai paska letusan Merapi 2010. Potensi banjir longsoran material erupsi Merapi mencapai 120 juta kubik.
Kelima, potensi gempa dari patahan besar Sumatera yang sudah cukup banyak diteliti. Selain itu gunung api lainpun ada yang bisa menjadi kejutan bencana terutama karena pengetahuan dan database kegempaan gunung api di Indonesia masih minim.
Untuk Patahan Sumatera, segmen yang sudah lama bertapa termasuk di wilayah Aceh, Toba, Pasaman, Bukit Tinggi ke Utara, Dempo, dan Teluk Semangko, serta Selat Sunda.
Keenam, bencana lumpur Porong Sidoarjo yang masih belum selesai. Serta belum adanya kepastian penghitungan volume sumber lumpur yang masih terus keluar dari dalam bumi.
Ketujuh, ancaman banjir di mana-mana. Khususnya kota-kota besar seperti Jakarta dengan intensitas sama seperti yang terjadi tahun 2002 dan 2007 dan Semarang. Untuk di daerah-daerah, terutama di lereng-lereng bukit juga sering disertai dengan longsor atau banjir bandang.
Kedelapan, iklim yang sepertinya menjadi kian tidak menentu dan ekstrem yang juga bisa menyebabkan bencana, termasuk ancaman berbagai wabah penyakit. Selain itu adanya ancaman terhadap sistem ketahanan pangan dan energi.
Sembilan, meningkatnya frekuensi kejadian topan-badai di laut, gelombang tinggi serta munculnya fenomena angin puting beliung akibat depresi lokal.
Sembilan fenomena alam ini merupakan hasil diskusi dan koordinasi yang dilakukan oleh Kantor SKP BSB selama tahun 2011, baik yang diselenggarakan di Istana, Geotek LIPI, GREAT ITB, dan lain-lain.
Banjir Dominasi Bencana
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa bencana pada 2012 akan didominasi oleh aktivitas hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang pasang.
"Data bencana 2002-2011 menunjukkan 85 persen bencana di Indonesia adalah hidrometeorologi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada VIVAnews.com, Minggu.
Sutopo menjelaskan, menurut prakiraan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (Jamstec), National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Bureau of Meteorology (BoM), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), antara Januari-Agustus kondisi cuaca normal. Sementara itu, Agustus-Desember kemarau agak basah. "Tahun 2013 diprediksi kemarau elnino," katanya.
Untuk bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami, belum ada teknologi yang bisa memprediksi secara pasti kapan, di mana, dan besaran atau magnitude gempa. Karena itu, pada daerah-daerah rawan gempa, masyarakat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diminta terus meningkatkan kesiapannya.
Sementara itu, untuk ancaman gunung api, dari 127 gunung api aktif terus dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Saat ini, 6 gunung berstatus siaga dan 18 waspada.
Dengan ancaman bencana 2012 itu, maka upaya sosialisasi, kesiapsiagaan, gladi, dan peningkatan kapasitas BPBD serta masyakarat perlu terus-menerus dilakukan. "Anggaran bencana 2012 sekitar Rp995 miliar," katanya.
Berkaca pada 20011, lebih dari seribu peristiwa bencana mewarnai perjalanan Indonesia sepanjang 2011 dan sebagian besar adalah banjir, kebakaran, dan puting beliung yang semuanya terkait hidrometeorologi.
BNPB mencatat setidaknya sepanjang 2011 telah terjadi 1.598 bencana, dan 1.598 di ataranya (75 persen) adalah hidrometeorologi dengan prosentase banjir (403 kejadian), kebakaran (355), dan puting beliung (284). "Data ini masih sementara, karena belum seluruhnya data di Kementerian," kata Sutopo.
Bencana itu telah menimbulkan korban meninggal dan hilang 834 orang, dan 325.361 orang lainnya dilaporkan menderita dan harus mengungsi. Selain merenggut nyawa ratusan orang, bencana yang terjadi selama 2011 itu juga menyebabkan kerugian material. Tercatat, 15.166 unit rumah penduduk rusak berat, 3.302 rusak sedang, dan 41.795 unit rusak ringan.
Sedangkan bencana geologi seperti gempa bumi terjadi 11 kali atau 0,7 persen, tsunami (1 kali atau 0,7 persen) dan gunung meletus (4 kali atau 0,2 persen). "Dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi 5 orang meninggal dan rumah rusak sebanyak 7.251 unit," katanya.
• VIVAnewsKeempat, adanya bahaya sekunder gunung api terutama di sekitar aliran sungai paska letusan Merapi 2010. Potensi banjir longsoran material erupsi Merapi mencapai 120 juta kubik.
Kelima, potensi gempa dari patahan besar Sumatera yang sudah cukup banyak diteliti. Selain itu gunung api lainpun ada yang bisa menjadi kejutan bencana terutama karena pengetahuan dan database kegempaan gunung api di Indonesia masih minim.
Untuk Patahan Sumatera, segmen yang sudah lama bertapa termasuk di wilayah Aceh, Toba, Pasaman, Bukit Tinggi ke Utara, Dempo, dan Teluk Semangko, serta Selat Sunda.
Keenam, bencana lumpur Porong Sidoarjo yang masih belum selesai. Serta belum adanya kepastian penghitungan volume sumber lumpur yang masih terus keluar dari dalam bumi.
Ketujuh, ancaman banjir di mana-mana. Khususnya kota-kota besar seperti Jakarta dengan intensitas sama seperti yang terjadi tahun 2002 dan 2007 dan Semarang. Untuk di daerah-daerah, terutama di lereng-lereng bukit juga sering disertai dengan longsor atau banjir bandang.
Kedelapan, iklim yang sepertinya menjadi kian tidak menentu dan ekstrem yang juga bisa menyebabkan bencana, termasuk ancaman berbagai wabah penyakit. Selain itu adanya ancaman terhadap sistem ketahanan pangan dan energi.
Sembilan, meningkatnya frekuensi kejadian topan-badai di laut, gelombang tinggi serta munculnya fenomena angin puting beliung akibat depresi lokal.
Sembilan fenomena alam ini merupakan hasil diskusi dan koordinasi yang dilakukan oleh Kantor SKP BSB selama tahun 2011, baik yang diselenggarakan di Istana, Geotek LIPI, GREAT ITB, dan lain-lain.
Banjir Dominasi Bencana
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa bencana pada 2012 akan didominasi oleh aktivitas hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang pasang.
"Data bencana 2002-2011 menunjukkan 85 persen bencana di Indonesia adalah hidrometeorologi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada VIVAnews.com, Minggu.
Sutopo menjelaskan, menurut prakiraan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (Jamstec), National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Bureau of Meteorology (BoM), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), antara Januari-Agustus kondisi cuaca normal. Sementara itu, Agustus-Desember kemarau agak basah. "Tahun 2013 diprediksi kemarau elnino," katanya.
Untuk bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami, belum ada teknologi yang bisa memprediksi secara pasti kapan, di mana, dan besaran atau magnitude gempa. Karena itu, pada daerah-daerah rawan gempa, masyarakat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diminta terus meningkatkan kesiapannya.
Sementara itu, untuk ancaman gunung api, dari 127 gunung api aktif terus dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Saat ini, 6 gunung berstatus siaga dan 18 waspada.
Dengan ancaman bencana 2012 itu, maka upaya sosialisasi, kesiapsiagaan, gladi, dan peningkatan kapasitas BPBD serta masyakarat perlu terus-menerus dilakukan. "Anggaran bencana 2012 sekitar Rp995 miliar," katanya.
Berkaca pada 20011, lebih dari seribu peristiwa bencana mewarnai perjalanan Indonesia sepanjang 2011 dan sebagian besar adalah banjir, kebakaran, dan puting beliung yang semuanya terkait hidrometeorologi.
BNPB mencatat setidaknya sepanjang 2011 telah terjadi 1.598 bencana, dan 1.598 di ataranya (75 persen) adalah hidrometeorologi dengan prosentase banjir (403 kejadian), kebakaran (355), dan puting beliung (284). "Data ini masih sementara, karena belum seluruhnya data di Kementerian," kata Sutopo.
Bencana itu telah menimbulkan korban meninggal dan hilang 834 orang, dan 325.361 orang lainnya dilaporkan menderita dan harus mengungsi. Selain merenggut nyawa ratusan orang, bencana yang terjadi selama 2011 itu juga menyebabkan kerugian material. Tercatat, 15.166 unit rumah penduduk rusak berat, 3.302 rusak sedang, dan 41.795 unit rusak ringan.
Sedangkan bencana geologi seperti gempa bumi terjadi 11 kali atau 0,7 persen, tsunami (1 kali atau 0,7 persen) dan gunung meletus (4 kali atau 0,2 persen). "Dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi 5 orang meninggal dan rumah rusak sebanyak 7.251 unit," katanya.