Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Dengan kesibukan kerja yang semakin padat, kita cenderung akan kekurangan waktu untuk memasak. Akibatnya, makanan kemasan atau jajan di resto cepat saji menjadi pilihan. Karena terbiasa jajan di luar, akhirnya kita jadi melupakan esensi dari makanan rumahan.
Gaya hidup cepat saji inilah yang membuat Carlo Petrini pada pertengahan '80-an meluncurkan Slow Movement. Saat itu ia memprotes pembukaan sebuah resto cepat saji di Roma. Makanan cepat saji dianggapnya tidak menghargai kehidupan, dan tentunya juga makanan yang bermutu. Gerakan slow food yang diusungnya mendorong kita untuk memasak sendiri makanan kita, dan menikmati setiap suapannya.
"Memasak makanan secara tradisional merupakan suatu tindakan cinta," katanya pada harian The Independent. Memasak sendiri dianggap lebih menghargai kehidupan, karena kita juga tidak menuntut segala sesuatu terjadi secara instan, seperti yang terjadi di resto cepat saji.
Petrini juga menunjukkan, ada lima alasan mengapa menganut pola slow food ini menghasilkan gaya hidup yang lebih sehat:
1. Pencernaan diawali di dapur.
Sebab begitu kita menghirup aroma makanan, tubuh kita mulai memproduksi enzim-enzim yang membantu pencernaan. Semakin lama proses memasak, tubuh akan menyiapkan enzim pencernaan dengan lebih baik. Oleh karena itu, mencium aroma terong balado dan bakwan jagung yang sedang dimasak, misalnya, lebih baik daripada jika kita sekadar memasukkan pizza kemasan ke dalam microwave.
Sebab begitu kita menghirup aroma makanan, tubuh kita mulai memproduksi enzim-enzim yang membantu pencernaan. Semakin lama proses memasak, tubuh akan menyiapkan enzim pencernaan dengan lebih baik. Oleh karena itu, mencium aroma terong balado dan bakwan jagung yang sedang dimasak, misalnya, lebih baik daripada jika kita sekadar memasukkan pizza kemasan ke dalam microwave.
2. Mendukung keberlangsungan produksi makanan.
Kalau Anda membeli sayuran atau buah-buahan lokal, Anda membantu usaha petani lokal. Bila Anda membelinya di tukang sayuran yang lewat di depan rumah setiap hari, Anda juga akan banyak menghemat pengeluaran.
Kalau Anda membeli sayuran atau buah-buahan lokal, Anda membantu usaha petani lokal. Bila Anda membelinya di tukang sayuran yang lewat di depan rumah setiap hari, Anda juga akan banyak menghemat pengeluaran.
3. Makan lebih lambat akan mengurangi konsumsi kalori.
Menurut penelitian, butuh sekitar 20 menit bagi otak untuk memproses informasi bahwa kita sudah kenyang. Oleh karena itu, kalau Anda ingin menurunkan berat badan, kunyahlah makanan dengan lebih lambat.
Menurut penelitian, butuh sekitar 20 menit bagi otak untuk memproses informasi bahwa kita sudah kenyang. Oleh karena itu, kalau Anda ingin menurunkan berat badan, kunyahlah makanan dengan lebih lambat.
4. Bahan makanan yang diproduksi secara lokal akan menghasilkan pilihan makanan yang lebih baik.
Dengan membeli bahan makanan yang diproduksi petani lokal, Anda akan mengurangi konsumsi makanan kemasan, karbohidrat dan gula olahan, dan cenderung mengonsumsi buah dan sayuran yang lebih sehat. Menggunakan bahan makanan lokal berarti membuat makanan tersebut matang lebih lama, dan akan mengandung lebih banyak nutrisi.
5. Membantu mengurangi stres.
Mengapa? Karena semakin kita menyadari kebiasaan makan kita, yaitu dengan makan lebih lambat di meja makan dan menikmati setiap suapannya, semakin kita memperhatikan tubuh kita. Pendeta Buddha Andy Puddicombe menyebut proses ini sebagai "meditasi makanan", dimana hal ini akan membawa perhatian kita kembali kepada kesadaran fisik dan mendorong kita menikmati setiap momennya.
Mengapa? Karena semakin kita menyadari kebiasaan makan kita, yaitu dengan makan lebih lambat di meja makan dan menikmati setiap suapannya, semakin kita memperhatikan tubuh kita. Pendeta Buddha Andy Puddicombe menyebut proses ini sebagai "meditasi makanan", dimana hal ini akan membawa perhatian kita kembali kepada kesadaran fisik dan mendorong kita menikmati setiap momennya.
Yang perlu Anda perhatikan, hindari makan sambil nonton televisi. Saat Anda makan sambil nonton televisi, Anda tidak sungguh -sungguh memperhatikan apa yang Anda makan, sehingga cenderung makan lebih banyak.
Sumber: Kompas.com
noreply@blogger.com (dhimaz) 02 Jul, 2011--
Source: http://arenaphoto.blogspot.com/2011/07/5-alasan-makanan-rumahan-lebih-baik.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com